Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Refleksi Hari Santri Memaksimalkan Peran Pesantren Bagi Kesejahteraan Kaum Marhaen

Pesantren adalah tempat mengaji, tempat santri, tempat belajar agama dan sebagainya. Itulah jawaban-jawaban yang akan kita peroleh ketika bertanya tentang pengertian pesantren kepada seseorang. Jawaban-jawaban tersebut tak keliru. Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online , pesantren adalah tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya. Pesantren juga disebut pondok. Di dalam tulisan ini, penulis lebih menekankan kepada bagaimana memaksimalkan peran pesantren bagi kesejahteraan kaum marhaen. Di dalam KBBI online , marhaen adalah penyebutan untuk kelompok petani kecil, buruh kecil, nelayan kecil, dan sebagainya.Nurkholis Madjid dalam bukunya Bilik-bilik Pesantren (tt:93), mengemukakan pesantren diharapkan dapat berperan menciptakan dukungan sosial bagi pembangunan yang sedang berjalan. Seperti diketahui bersama, pesantren memiliki kontribusi yang besar bagi perjalanan bangsa ini. Penentuan 22 Oktober sebagai Hari Santri tentunya sudah m

Pemilu: Aktif Memilih atau Golput?

Hari ini, Rabu 9 April ajang pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang duduk di kursi DPR, DPD dan DPRD. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah menetapkan hari Pemilu itu sebagai hari libur nasional. Untuk peserta Pemilu, seperti disebutkan dalam www.kpu.go.id , Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 10 parpol peserta Pemilu 2014. Kesepuluh parpol itu sesuai nomor urut dari 1 sampai 10 adalah Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai NasDem, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Para calon anggota legislatif yang akan berkompetisi dalam Pemilu sudah memperkenalkan diri mereka dengan berbagai cara baik lewat alat peraga kampanye (APK), door to door , blusukan serta tampil di berbagai media. Untuk meminimalisasi juml

Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca

Hari Buku Nasional (HBN) yang diperingati setiap 17 Mei barangkali belum diketahui sebagian (besar) masyarakat, berbeda dengan Hari Kartini setiap 21 April yang sudah dikenal penduduk di negeri ini. Setiap Hari Kartini berbagai sekolah dan instansi sibuk menyambut hari tersebut, mulai dari murid Taman Kanak-kanak (TK), anak SD, pegawai swasta hingga pegawai negeri sipil (PNS). Mereka pun sibuk menyiapkan diri menyambut Hari Kartini dengan aneka kegiatan, semisal berpakaian adat, lomba memasak, lomba berdandan, dan lain-lain. Perayaan Hari Kartini sangat kontras dengan perayaan HBN  yang hanya diperingati sebagian (kecil) masyarakat. Kondisi itu bisa disebabkan beberapa faktor semisal peringatan HBN baru dicanangkan pada 17 Mei 1980 dan kurangnya sosialisasi tentang HBN. Tujuan peringatan HBN yaitu meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk itu, penulis melihat perlu adanya upaya memasyarakatkan HBN dan mengajak masyarakat lebih gemar membaca. Menumbuhkan minat baca p

Refleksi Hari Pers Nasional Memaksimalkan Peran Wartawan

Ada pertanyaan beberapa mahasiswa yang cukup menggelitik pada pertemuan perkuliahan seputar jurnalistik. Isi pertanyaan itu kurang lebih mempersoalkan pekerjaan wartawan yang suka mencari-cari informasi yang dianggap sebagai kejelekan atau aib seseorang dan menyebarkannya di media massa sehingga diketahui banyak orang. Wartawan yang merupakan bagian dari insan pers sebagai ujung tombak di lapangan kerap mendapat penilaian yang kurang menyenangkan dari sebagian masyarakat. Baik itu terkait pemberitaannya maupun adanya oknum wartawan bodrek atau abal-abal (sebutan bagi wartawan gadungan). Diakui atau tidak, pada satu sisi hasil kerja wartawan yang di tulis di media massa cetak (koran, majalah, tabloid dan sebagainya), di tayangkan di televisi, disiarkan di radio atau yang dipublikasikan di media online kerap dianggap merugikan sebagian masyarakat. Namun, tidak sedikit berita yang dibuat wartawan membuahkan hasil dan membawa manfaat bagi masyarakat. Sebagai contoh, ke

IAIN Tidak Sekedar Ganti Nama

Nadhiroh, Alumnus Fakultas Dakwah IAIN Suka Yogyakarta. Tanggal 26 September 2004, IAIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta genap 53 tahun. Kampus yang dikenal dengan sebutan kampus putih ini masih tetap eksis hingga sekarang. apabila diibaratkan usia seseorang maka ini cukup dikatakan banyak makan asam garam kehidupan. IAIN Suka telah menghadapi berbagai suasana perjalanan kehidupan sebagai sebuah lembaga pendidikan, ada saat-saat manis dan getirnya. Kampus yang berada di kota pelajar ini terkenal dengan biaya pendidikannya relatif murah dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri lainnya. Pihak IAIN Suka selama ini dengan dipantau khususnya oleh mahasiswa berusaha agar biaya pendidikan tidak mahal, dengan demikian bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah. Meskipun demikian IAIN Suka mampu mencetak generasi muda yang kritis dan inovatif dalam menghadapi berbagai permasalahan yang semakin kompleks. IAIN Suka berusaha ikut mencerdaska

Menghadirkan Guru-guru Sejati Penguat Pendidikan Karakter

 Terpujilah wahai engkau ibu Bapak Guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku S'bagai prasasti t'rima kasihku tuk pengabdianmu Engkau sebagai pelita kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa Himne guru ciptaan Sartono itu sudah tak asing lagi apalagi di dunia pendidikan. Lagu wajib nasional berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tersebut benar-benar sarat makna. Profesi guru begitu terpuji. Kehadirannya sangat berarti dengan digambarkan sebagai pelita kegelapan dan laksana embun penyejuk dalam kehausan. Guru mendapat sebutan pahlawan Bangsa tanpa tanda jasa. Ya...guru adalah pahlawan Bangsa. Di tangan gurulah akan tumbuh generasi-generasi penerus bangsa ini. Guru hadir sebagai salah satu kunci penentu apakah sumber daya manusia (SDM) yang lahir menjadi generasi berkualitas atau justru sebaliknya. Di dalam web Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,