Menghadirkan Guru-guru Sejati Penguat Pendidikan Karakter



 Terpujilah wahai engkau ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
S'bagai prasasti t'rima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Himne guru ciptaan Sartono itu sudah tak asing lagi apalagi di dunia pendidikan. Lagu wajib nasional berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tersebut benar-benar sarat makna.
Profesi guru begitu terpuji. Kehadirannya sangat berarti dengan digambarkan sebagai pelita kegelapan dan laksana embun penyejuk dalam kehausan. Guru mendapat sebutan pahlawan Bangsa tanpa tanda jasa.
Ya...guru adalah pahlawan Bangsa. Di tangan gurulah akan tumbuh generasi-generasi penerus bangsa ini. Guru hadir sebagai salah satu kunci penentu apakah sumber daya manusia (SDM) yang lahir menjadi generasi berkualitas atau justru sebaliknya.
Di dalam web Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, http://setkab.go.id dijelaskan dengan pertimbangan dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter.
Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 6 September 2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Di laman http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/ telah dipaparkan secara detil tentang PPK, yaitu program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi) dan olahraga (kinestetik) sesuai falsafah Pancasila.
PPK adalah solusi penguatan pendidikan karakter hadir untuk menyiapkan Generasi Emas 2045 yang memiliki kecakapan abad 21. Dengan menempatkan kembali karakter sebagai ruh pendidikan di Indonesia berdampingan dengan intelektualitas, PPK berperan dalam pembentukan generasi muda yang tangguh, cerdas dan berkarakter.
Sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental, PPK menguatkan lima nilai utama karakter pada siswa pendidikan dasar. Di antaranya religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Karakter yang kuat membentuk individu menjadi pelaku perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Profesi guru sejak dulu sampai sekarang banyak diminati. Apalagi saat ini pemerintah semakin memperhatikan tingkat kesejahteraan guru. Guru banyak mendapat sebutan seperti pahlawan tanpa tanda jasa, digugu lan ditiru dan lain-lain. Menjadi seorang guru harus siap berhadapan dengan banyak perbedaan. Baik watak, perilaku maupun kebiasaan anak-anak didiknya.
Sebuah tantangan besar menghadapi anak-anak usia sekolah dasar. Apalagi pada awal-awal masuk SD. Ada anak yang masih suka ditunggu, menangis dan sebagainya. Di sekolah, guru adalah ujung tombak dalam membentuk karakter siswa. Perlu guru-guru sejati untuk mendidik anak-anak pada usia yang berkisar 6-12 tahun itu.
Pakar Pendidikan, M Furqon Hidayatullah dalam bukunya Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas (2009: 235), menyebutkan diperlukan profil guru yang mampu memberikan dan menumbuhkan inspirasi agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, maka diperlukan guru yang berkatakter kuat dan cerdas.
Menurut Furqon, karakter kuat meliputi amanah dan keteladanan. Amanah dibangun atas dasar empat pilar yaitu keteladanan, kompeten, kerja keras dan konsisten. Sedangkan keteladanan dibangun atas dasar tiga hal yaitu kesederhanan, kedekatan dan pelayanan maksimal. Adapun cerdas berkaitan dengan kecerdasan intelektual, emosi dan kecerdasan spiritual.
“Guru memegang peranan penting. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. Children see, children do,” kata Furqon saat ditemui penulis Selasa (3/10), di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Pakar pendidikan lainnya Dr Mohamad Ali, S.Ag, M.Pd, menyebutkan kunci sukses pendidikan karakter di sekolah dasar (SD) adalah budaya sekolah dan keteladanan guru.
Penulis melihat perlunya dukungan semua warga sekolah dalam membangun budaya sekolah untuk mensukseskan pendidikan karakter. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai nahkoda harus memaksimalkan segala daya dan upaya dengan kemampuan yang ada untuk melaksanakan terciptanya budaya sekolah yang kondusif untuk PPK. Guru-guru sebagai ujung tombak harus punya komitmen yang sungguh-sungguh untuk merealisasikannya.
Misalnya saja sekolah ingin membudayakan agar siswa disiplin dengan menempelkan tulisan "Aku malu jika terlambat datang sekolah." Maka, baik kepala sekolah atau guru harus berupaya untuk tidak terlambat terlebih dahulu. 
Begitu juga ketika guru menghendaki anak didiknya jujur. Guru pun harus memulai untuk berkata jujur. Bukankah guru adalah model? Guru digugu dan ditiru.
Guru sejati yaitu bukan guru yang asal-asalan. Guru sejati memang benar-benar guru tulen, guru asli dengan segala kemampuan dan kapasitas dirinya memiliki tekad kuat untuk membangun generasi yang berkualitas.
Untuk menyiapkan guru-guru sejati ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan.
1.        Perketat seleksi penerimaan guru
Harus benar-benar diupayakan agar penerimaan guru berjalan profesional dan terlepas dari berbagai kepentingan termasuk nepotisme. Kadang ada sebagian guru yang bukan lulusan ilmu keguruan dan pendidikan tapi diterima karena belum mendapat pekerjaan yang sesuai atau alasan lainnya.
Seleksi penerimaan guru perlu diperketat sebagai upaya atau langkah mendapatkan guru yang sesuai kompetensinya. Sependek pengetahuan penulis, masih ada sebagian sekolah yang memakai tenaga guru kurang atau tidak sesuai dengan kemampuannya. 
2.        Berikan Diklat bagi guru secara berkala
Informasi dan teknologi berkembang semakin pesat. Pengetahuan guru juga perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan atau pembekalan-pembekalan. Sebagai contoh jangan sampai murid bisa mengoperasikan komputer dan berselancar di dunia maya tapi ternyata gurunya belum bisa komputer sama sekali. Bahkan untuk mengerjakan pekerjaannya guru tersebut malah menyuruh orang lain.
Diklat atau pembekalan jangan hanya bagi guru-guru tertentu atau yang itu-itu saja. Upayakan guru yang ada di sekolah bisa mengikutinya secara bergantian. Kepala sekolah jangan pilih kasih.
Atau, bisa juga guru yang sudah mendapat diklat tersebut menularkannya kepada guru-guru yang lain dengan bimbingan atau pantauan instruktur. Bisa melalui diklat dalam lingkup kecil di sekolah atau di unit pelaksana tingkat kecamatan.
3.        Beri penghargaan dan hukuman
Bagi guru perlu terus ada pemberian penghargaan bagi yang berprestasi dan hukuman untuk yang minim prestasi atau yang melakukan kesalahan. Di sini, penulis sudah melihat adanya upaya penghargaan bagi guru-guru teladan baik di tingkat sekolah, uptd kecamatan, tingkat dinas, provinsi hingga Kemdikbud. 
Bagi guru yang minim prestasi perlu terus dilakukan pembinaan. Adapun bagi guru yang melakukan kesalahan tentunya perlu ada hukuman sesuai dengan aturan yang berlaku. Jangan sampai karena perasaan tidak enak atau ewuh pakewuh membuat pelaksanaan hukuman tidak berjalan efektif. Hukuman bisa disesuaikan dengan tingkat kekeliruan atau kesalahannya. Sehingga jangan sampai hanya murid yang mendapat hukuman jika melakukan kesalahan. Guru sebagai manusia biasa pun bisa melakukan kesalahan.
Meskipun guru bisa membuat kesalahan, alangkah idealnya jika guru mampu menekan atau meminimalisasi tingkat kesalahannya.
4.        Pensiunkan guru jika sudah tidak mampu mengajar
Kepala sekolah bisa mempensiunkan atau mengusulkan pemberhentian guru yang memang sudah dianggap tidak mampu baik karena sudah tua atau faktor lain.
 Kepala sekolah tentunya punya data tentang guru-guru yang ada di bawah kepemimpinannyanya. Butuh ketegasan kepala sekolah untuk mengambil langkah.

Kuatkan Karakter
Setelah mendapatkan guru sejati, tinggal saatnya menerapkan di dalam aktivitas mendidik murid-muridnya. Guru sejati yang bisa menjadi teladan, punya komitmen tinggi dan semangat melakukan perubahan akan disenangi anak-anak didiknya.
Guru sejati harus mempunyai rencana matang untuk menguatkan karakter siswa-siwanya yang masih duduk di bangku SD. Berikut ini upaya yang dapat ditempuh guru untuk menguatkan karakter murid-murid SD:

1.    Jadilah suri teladan
Tetaplah menjadi guru yang dapat dicontoh, baik dalam berkata-kata ataupun dalam perbuatan. Ada ungkapan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Anak-anak akan selalu berusaha meniru guru-gurunya. Jadilah suri teladan kapanpun dan dimanapun Anda sebagai guru akan disorot murid-muridnya.
Apabila guru menyuruh anak didiknya membiasakan 5 S, senyum, salam, sapa, sopan dan santun maka guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu. Ajarkanlah kebiasaan-kebiasaan baik.

2.    Hargai Murid
Siapapun orangnya pasti ingin dihargai. Ajari anak-anak untuk bisa menghargai orang. Guru pun harus berusaha menghargai anak didiknya. Sekecil apapun perbuatan baik yang dilakukan murid berilah apresiasi. Minimal ucapkanlah terima kasih.
Apabila murid melakukan kesalahan jangan sampai melakukan kekerasan fisik tapi berikanlah nasihat dan hukuman yang mendidik. Misalnya ada murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) maka nasihati dan minta dia mengerjakan PR di tempat yang berbeda, di perpustakaan atau di luar kelas.
3.    Beri kesempatan  kepada murid
Guru jangan sampai merasa menjadi orang yang paling berkuasa di dalam kelas. Berilah kesempatan kepada murid-murid untuk menjadi pemimpin. Misalnya dalam memimpin doa, bisa saja anak-anak menjadi pemimpin doa secara bergantian setiap harinya.
4.    Tak perlu malu minta maaf
Guru pun bisa lalai atau melakukan kesalahan. Tak perlu malu jika guru harus minta maaf kepada siswa. Misalnya guru datang terlambat karena ban motornya bocor maka sampaikan permintaan maaf kepada siswa.
5.    Berbagi cerita inspiratif
Guru dapat berbagi cerita kepada murid-muridnya berdasarkan pengalaman pribadinya atau pengalaman orang lain. Guru bisa saja menghadirkan sosok-sosok yang bisa menginspirasi siswa. Misalnya saja ada siswa yang berprestasi di bidang seni dan olahraga diminta hadir dan bercerita di kelas.
Guru pun dapat mengundang orang-orang di sekitar lingkungan sekolah yang memiliki pengalaman berharga yang dapat dibagi kepada anak-anak. Atau, bisa saja pedagang di kantin sekolah atau tukang kebun sekolah bagaimana mereka berupaya tetap mencari nafkah untuk hidup. Sehingga, mereka termotivasi untuk bersemangat dan melakukan yang terbaik.
6.    Terus belajar dan belajar
Guru harus terus berusaha meningkatkan kemampuan dirinya. Terus belajar dan belajar. Sehingga, guru tidak ketinggalan dari kemampuan anak didiknya. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, guru pun harus berupaya mengikuti kemajuan itu.

Nama               :  Nadhiroh S.Sos.I, M.I.Kom
TTL                 : Tegal 14 Juni 1979
Pekerjaan         : Dosen tamu Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, FDK, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penulis lepas.
Alamat                        : Klepu Jetis RT 001 RW 001, Sumberarum, Moyudan, Sleman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca

Memaksimalkan Potensi Pantai di Tegal

Menggeliatnya Batik di Bekas Desa Tertinggal