Meneladani semangat pengorbanan simbok
Beberapa hari
terakhir, saya mendapati seorang
simbok di suatu daerah
di Solo yang tampak murung, gelisah dan kurang berselera
makan. Simbok itu pun tak dapat
menyembunyikan gundah di hatinya. Hampir tiap
sepertiga malam terakhir, dia
terbangun untuk mengadu kepada Sang Pencipta.
Dia kerap
terdengar berbicara sendiri
ketika orang lain sedang tertidur pulas. Perempuan yang berusia lebih dari 80
tahun itu seperti ngudarasa menumpahkan apa yang menjadi unek-uneknya.
Di usianya yang sudah renta itu, simbok
merasa kurang mendapatkan perhatian dari kelima anaknya. Padahal, bisa
dibilang, dia sangat menyayangi lima laki-lakinya. Tak hanya itu, simbok pun
sering membangga-banggakan mereka.
Sayang sungguh
sayang, apa yang simbok
itu lakukan tidak mendapatkan balasan yang setimpal.
Anaknya tidak mengurusinya dengan tanggung jawab itu. Anak yang satu
dan lainnya terkesan lempar tanggung jawab. Padahal mereka
bisa dikategorikan sebagai orang dengan kehidupan ekonomi mapan. Tapi itu semua
tidak menjadi jaminan sang
ibu yang berjasa banyak itu dapat
hidup layak dan terjamin.
Sepenggal kisah
di atas adalah sedikit cerita ibu yang tidak mendapatkan perhatian
anak-anaknya. Jadi, pepatah yang menyebutkan bahwa seorang
Ibu bisa mengurus 10 anak-anaknya tapi 10 anak belum tentu mampu
mengurus seorang ibu ternyata benar adanya.
Penulis meyakini mungkin masih
banyak kisah lain yang lebih parah, menyedihkan atau memilukan yang dialami
seorang ibu.
Ada pula kisah-kisah manis yang dialami
seorang Ibu karena mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya.
Semua orang pasti menyadari
betapa luar biasanya seorang Ibu. Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan perihal
keutamaan seorang ibu serta supaya menghormati maupun merawatnya.
Selain itu, banyak syair-syair
atau lagu yang menggambarkan
atau menceritakan keberadaan seorang
Ibu. Sebut saja, lagu Rhoma Irama
dengan Keramat, Iwan Fals lewat lagu Ibu dan sebagainya. Di Indonesia, sebagai
bentuk penghargaan terhadap sosok
ibu, diperingati Hari Ibu setiap 22 Desember.
Setidaknya, peringatan itu merupakan
suatu upaya untuk mengingatkan
kembali kepada semua orang untuk merefleksi arti penting
kehadiran ibu. Dia telah mengandung,
melahirkan, menyusui dan
merawat anak. Ibu disebut sebagai
madrasatul ‘ula atau tempat kali pertama bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai
pendidikan.
Ada tiga kodrat ibu dari Allah yang
tidak dimiliki oleh laki-laki yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui.
Karena itu, ibu mendapat
hak yang lebih
utama untuk dihormati.
Penulis memang baru memiliki seorang
anak namun bisa ikut merasakan bagaimana rasanya ketika hamil,
melahirkan dan pada masa-masa menyusui.
Pada peringatan Hari Ibu tahun
ini, mari sama-sama
merenungkan kembali jasa-jasa besar ibu. Ada beberapa
nilai semangat yang bisa dipetik
dari kehadirannya. Pertama, rasa cinta yang tulus. Sebagian besar Ibu, biasanya
memiliki rasa cinta yang besar dan tulus kepada anak-anaknya walau sang anak
telah berumah tangga.
Perhatian dan kepedulian tetap diberikan
ibu sampai ke cucu-cucunya. Kasih ibu sepanjang masa. Namun, tidak begitu
halnya dengan anak. Banyak
terjadi seorang anak
cepat melupakan jasa besar orangtua ketika sudah berhasil dan
sukses. Tak sedikit pula anak-anak yang
kaya enggan mengakui orangtuanya
yang miskin karena malu.
Ada pula anak yang
tak mau repot
mengurusi orangtua kemudian membawanya ke panti jompo.
Peran orangtua Sebenarnya, jika
dirunut, keberhasilan anak tidak
terlepas dari peran orangtua khususnya Ibu. Untaian doa dan dukungan materiil
maupun nonmateriil membuat anak bisa meraih sukses.
Kedua, semangat yang patut diteladani dari
ibu adalah pengorbanannya yang
besar. Seorang anak, karena
kondisi, kadang juga akhirnya terpaksa memanfaatkan tenaga ibunya. Misalnya,
berhubung belum mendapatkan pembantu rumah tangga, untuk sementara sang ibu
rela membantu mengasuh cucu-cucunya. Tapi, kenapa anak tega melihat ibunya
tidak dapat menikmati masa-masa tuanya dengan bebas dari tugas merawat anak-anak.
Kadang karena
sulitnya mencari tukang cuci, ibu
pun kemudian turun tangan membantu mencuci baju anak maupun cucunya. Diakui atau
tidak, pengorbanan ibu
begitu besar dalam
kehidupan seorang anak.
Sehingga, sudah selayaknya sebagai anak tidak cepat melupakan atau mengabaikan
kiprah Ibu.
Ketiga, rasa
tanggung jawab yang tinggi.
Ibu yang menjadi single parentpun selalu berupaya agar
anaknya memiliki masa depan yang baik. Dengan semangat tinggi, sang ibu bekerja
dan terus berusaha mewujudkan
cita-citanya. Ibu jenis ini memiliki rasa tanggung jawab yang besar
terhadap amanah yang telah diberikannya.
Alangkah indahnya
jika pejabat atau wakil rakyat
juga ikut meneladani semangat pengorbanan Ibu yang tinggi. Sehingga, bukan semangat memperkaya
diri sendiri yang dibesar-besarkan
melainkan bagaimana bisa
membuat rakyat semakin sejahtera.
Tak hanya
itu, semua orang pun
bisa mencontoh semangat ibu dalam memberikan kasih sayangnya.
Begitu pula dengan semangat
pengorbanan maupun rasa
tanggung jawab yang tinggi yang dapat diikuti siapa pun sesuai dengan kapasitas
masing-masing.
Lewat tulisan ini, semoga dapat mengingatkan
penulis dan pembaca kaitannya
dengan penghargaan jasa terhadap
orangtua khususnya ibu. Mungkin, ibu kita tak berharap materi tapi perhatian
dan kasih sayanglah yang dibutuhkannya. (Nadhiroh, wartawan SOLOPOS)
Dimuat di Harian SOLOPOS Edisi Selasa, 22 Desember 2009
Komentar
Posting Komentar