Atas nama umat & rakyat



Ajang  Pemilihan  Presiden  (Pilpres)  2009 di  Indonesia  tinggal menghitung  hari.  Jika tidak ada perubahan, insya Allah tepatnya pada 8 Juli mendatang, Pilpres secara langsung akan berjalan yang kali kedua.
Pada Pilpres ini, Megawati Soekarnoputri-Prabowo  Subianto, SBY-Boediono  dan  JK-Wiranto bersaing  memperebutkan  kursi R1 dan RI 2. Semakin dekat Pilpres, agenda Capres-Cawapres semakin padat untuk  kampanye  yaitu  yang  salah  satunya  bertujuan  meyakinkan masyarakat agar memilih mereka.  Capres-Cawapres  itu  juga memiliki  jadwal  untuk  melakukan  debat  yang  ditampilkan  di berbagai stasiun televisi.
Tak  hanya  Capres-Cawapres yang kerap muncul untuk berdebat. Tim sukses Capres-Cawaprespun tak kalah sibuk tampil baik untuk  menyukseskan  jalannya kampanye  maupun  berdebat  di acara-acara  yang  sengaja  diformat untuk konsumsi publik.
Di  dalam  kampanye,  kandidat maupun tim kampanye sering mengklaim akan berjuang untuk kesejahteraan umat atau rakyat. Seperti  beberapa  pernyataan  yang  tercantum di sejumlah reklame maupun  spanduk  di  jalan  atau  di  sejumlah iklan yang ditampilkan di media  cetak  maupun  elektronik.
Di antara pernyataan itu adalah Terus Berjuang untuk Rakyat, Pemerintahan Bersih untuk Rakyat, Pilih  Pemimpin  Baru  untuk  Sejahterakan  Umat,  Pro  Rakyat,  Ekonomi Kerakyatan dan lain-lain.
Memang, sah-sah saja bagi siapa  pun  untuk  membuat  slogan ataupun visi misi yang mengatasnamakan umat atau rakyat. Satu hal yang perlu dipertanyakan apakah para pemimpin itu benar-benar akan melaksanakan apa yang mereka sampaikan itu?
Jangan sampai, apa yang sudah dijanjikan itu hanya untuk menarik simpati umat dan rakyat. Sedangkan setelah terpilih sebagai Presiden-Wapres justru lupa pada janji-janji manis yang telah terucap  dan  malah  menyengsarakan atau mengabaikan kepentingan umat dan rakyat. Mereka yang terpilih  tentunya  diharapkan  tidak  mengedepankan  kepentingan  golongan  maupun  partainya sendiri. Janji adalah utang.
Diakui  atau  tidak,  masyarakat kian  hari  semakin  cerdas  untuk memilih. Tidak dipungkiri masih ada  pemilih  yang  mau  memilih satu  pasangan  tertentu  jika  diiming-imingi sesuatu baik itu harta maupun jabatan. Sebagai pemilih yang cerdas dan baik tentunya memiliki pertimbangan ketika akan memilih sebab satu suara ikut menentukan nasib bangsa.
Sebagian  masyarakat  di  Indonesia barangkali dapat menilai ketiga  pasangan  Capres-Cawapres yang akan maju ke bursa Pilpres 2009.  Baik  Mega,  SBY maupun JK pernah memimpin bangsa ini. Mega dan SBY, keduanya sudah pernah duduk di kursi RI 1 sehingga kemungkinan pemilih bisa menilai kinerja dan dedikasi mereka.
JK, meski belum pernah menjabat sebagai Presiden, paling tidak pengalamannya sebagai Wapres dapat
menambah  referensi  masyarakat tentang rekam jejaknya.
Penulis  yakin  pasangan  yang akan  terpilih  nantinya  mungkin tidak  dapat  memenuhi  kriteria yang diinginkan dan seideal yang diidam-idamkan seluruh masyarakat.  Namun,  paling  tidak,  pasangan yang terpilih nantinya diharapkan  mendekati  apa  yang menjadi dambaan seluruh warga.
Dalam Islam, sosok yang menjadi teladan sebagai pemimpin yaitu  Nabi  Muhammad  SAW.  Barangkali, meski tidak bisa 100 persen meneladani sifat Rasul, setidaknya  dapat  mencoba  meneladani apa yang telah dilakukan Rasul. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang ideal sendiri mungkin bukan rahasia lagi.
Berasal  usul  dari  keluarga  sederhana,  Muhammad  menegakkan dan menyebarkan Islam. Pada saat yang bersamaan, dia tampil sebagai pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini, 13 abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar (Michael H Hart: 2003).
Pengamat ekonomi syariah, Dr Syafi’i Antonio seperti dikutip dari www.swaramuslim.net menyatakan, jika bangsa ini ingin keluar dari krisis, pemimpinnya harus meneladani sifat-sifat Rasul dalam segala bidang, baik kepemimpinan,  ekonomi, manajemen dan lainnya.
Menurut  Antonio,  Rasul  adalah  teladan  sempurna  yang  bisa mengintegrasikan  kepemimpinan dunia dan akhirat. Seperti Mahatma  Gandi,  dia  tokoh  sukses dalam masalah sosial, namun tidak dalam bisnis. Begitu juga Napoleon Bonaparte, seorang militer, namun dia bukan pemimpin.
Beda dengan Rasulullah. Dan itulah yang menjadi alasan Michael H Hart menempatkan Rasulullah sebagai nomor satu dari 100 orang berpengaruh dunia.
Sementara itu, pada situs www.m-dinsyamsuddin.com tercantum beberapa  pernyataan  bersama  Or-
mas-ormas Islam menyambut tahun baru 1430 H. Salah satu poin pada pernyataan itu adalah para pemimpin dan elite nasional maupun daerah diajak untuk bersungguh-sungguh dalam mengurus negara/pemerintahan, berhikmat sebesar-besarnya pada hajat hidup rakyat, memberikan keteladanan
yang baik (sidik, amanah, tablig,fathonah), bersikap jujur dan tepercaya  mengutamakan  kepentingan umum di atas kepentingan sendiri dan kelompok.
Sebagai  akhir  tulisan  ini,  sebuah iklan Semua koar-koar, milihnya harus pintar, memberikan masukan kepada masyarakat agar benar-benar menjatuhkan pilihan dengan cerdas dan pintar. Sehingga, diharapkan dapat terpilih Presiden-Wapres  yang  berkualitas yang  dapat  meningkatkan  kesejahteraan umat dan rakyat.
Bagi umat Islam, tak ada salahnya  melakukan  Salat  Istikharah sebelum memilih pemimpin yang akan  memegang  tampuk  kepemimpinan lima tahun ke depan.
Selamat  memilih  dengan  cerdas. Semoga tercipta Pilpres yang damai. Siapapun calonnya harus siap menang dan siap kalah.(Nadhiroh, Wartawan SOLOPOS)

Artikel ini dimuat di SOLOPOS edisi Jumat, 3 Juli 2009. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaksimalkan Potensi Pantai di Tegal

Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca

7 Langkah Menjadi Penulis