Memaksimalkan Potensi Pantai di Tegal


Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom
Alumni Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, tinggal di Tegal


Kota Tegal dan Kabupaten Tegal adalah dua wilayah di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang mendapat anugerah sebagian wilayahnya berupa pesisir pantai. Kehadiran pantai yang membentang dari perbatasan Pemalang-Tegal dan perbatasan Tegal-Brebes itu merupakan potensi dan anugerah yang sangat luar biasa jika pengelolaannya benar-benar dimaksimalkan. Selain kekayaan lautnya yang bisa dimanfaatkan, pantai menjadi tempat wisata yang menarik dan dilirik banyak orang. Apalagi, akses menuju pantai-pantai tersebut tergolong mudah di jalur utama Jalan Raya Pantai Utara (Pantura) Tegal.

Penulis meyakini jajaran pemerintahan kedua wilayah itu pasti sudah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkenalkan dan mempromosikan tempat-tempat wisata yang ada. Melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata promo tempat rekreasi itu terus digaungkan. Di beberapa tempat yang mempunyai potensi banyak pantai, dilakukan pengembangan-pengembangan. Mereka membuat orang tertarik untuk datang. Tidak masalah jika lokasi pantai-pantai itu berdekatan. Sebut saja di Bantul ada Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo dan Pantai Depok. Di Kulonprgo terdapat Pantai Congot, Pantai Trisik dan Pantai Glagah. Di Gunung Kidul ada Pantai Baron, Pantai Krakal dan Pantai Drini.

Semasa penulis kecil, ada dua tempat rekreasi pantai yang sangat terkenal di Tegal yaitu Pantai Alam Indah (PAI) di Kota Tegal dan Pantai Purwahamba Indah (Purin) di Kabupaten Tegal.
Kedua lokasi itu menjadi jujugan wisatawan baik warga asli Tegal, pendatang dan para pelancong. Setiap Minggu dan hari-hari libur,  banyak orang yang berkunjung.  Bahkan,  bagi sebagian orang dan komunitas, udara segar pantai di pagi hari menjadi media terapi untuk pengobatan. 

Selain kedua pantai itu, ada tempat wisata lainnya yakni Pantai Marlin dan Pantai Larangan di Kabupaten Tegal. Kini, seiring semakin berkembangnya waktu,  masyarakat di dekat pantai dengan dukungan pemerintah,  swasta dan akademisi mulai melebarkan sayap. Sebagai contoh keterlibatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pancasakti (UPS) Tegal melaui kegiatan Explore Pesisir Tegal di Pantai Pulau Kodok.  Kehadiran kelompok sadar wisata (Pokdarwis)  menjadi penggerak di lapangan untuk memaksimalkan potensi pantai di Tegal. Tempat wisata di Tegal pun semakin bertambah di antaranya Pantai Muarareja,  Pantai Komodo dan Pantai Pulau Kodok. 

Banyaknya tempat wisata bisa memberikan alternatif pilihan kepada pengunjung dan mengantisipasi jika pada waktu-waktu tertentu jumlah wisatawan membeludag. Misalnya ketika akhir pekan, liburan panjang sekolah dan liburan Lebaran, Natal dan lain-lain.

Bertambahnya jumlah wisata itu bisa membawa dampak positif dan dampak negatif. Beberapa dampak positifnya yaitu tempat wisata pantai membuka peluang-peluang lapangan kerja dan mendapatkan penghasilan.  Selain kuliner,  misal untuk potensi parkir,  mandi atau bilas air bersih dan pembuatan souvenir. Warga bisa menjual oleh-oleh seperti gantungan kunci dan  kaos yang bertuliskan nama tempat wisata itu. 

Penulis melihat banyak di sekitar pantai rawa-rawa untuk budidaya ikan dan udang. Keberadaan rawa itu bisa dimaksimalkan dengan membuat warung-warung apung. Sebagai contoh di Kabupaten Klaten terdapat Rowo Jombor. Di rawa itu tetap ada budidaya ikan dan di bagian atas diperuntukkan warung. Warung-warung apung itu bisa untuk berbagai agenda seperti rapat, arisan,  pengajian dan sebagainya. 

Perlu kreativitas agar masyarakat mau berkunjung ke tempat wisata itu. Misal ada tempat bermain anak,  tempat makan yang nyaman, toilet yang bersih, mushola dan sebagainya. Pengelola juga bisa kerjasama dengan sekolah-sekolah atau instansi-instansi pemerintah atau swasta.  Misalnya mereka menjadi penyelenggara outbond,  ada lomba-lomba dan lain-lain. Aneka lomba bisa dilaksanakan di sekitar pantai seperti lomba memancing, lomba catur, lomba kicau burung, festival kuliner dan sebagainya. Buatlah kegiatan-kegiatan positif yang mampu menyedot minat masyarakat untuk datang. Jika di pantai itu menyediakan fasilitas kolam renang, maka pada hari-hari biasa di luar liburan, kolam renang itu tetap bisa produktif. Pengelola kolam renang bisa mengajak kerjasama sekolah-sekolah untuk ekstra renang. Dengan pelayanan prima dan harga yang bersahabat akan membuat orang terpikat.  

Seperti halnya orang berjualan, tempat wisata pun kadang ramai dan kadang sepi, untuk itu, perlu antisipasi dan inovasi agar tidak merugi.

Selain dampak positif, keberadaan tempat wisata bisa membawa dampak negatif. Yakni, ketika tempat itu digunakan untuk tempat mesum atau tempat maksiat, tidak adanya pengelolaan sampah yang bagus dan lain-lain. Perlu komitmen bahwa tempat wisata itu untuk refreshing dan hal-hal positif lainnya sehingga tidak berakibat buruk dan menyebabkan alam murka.

Wisatawan tentunya akan memilih tempat yang membuat mereka aman dan nyaman. Akses jalan menuju lokasi tentu menjadi salah satu pertimbangan apakah mudah atau susah. Pepohonan yang rindang akan menambah suasana yang menyenangkan. Kebersihan juga menjadi pertimbangan pengunjung. Tentunya, pantai yang bersih dari sampah akan lebih dipilih daripada pantai yang kotor.
Tempat-tempat sampah idealnya tersedia sehingga pengunjung akan lebih mudah membuang sampah.
Selain itu semua, keselamatan pengunjung juga harus mendapatkan prioritas. Penjaga pantai tidak perlu segan-segan mengingatkan wisatawan jika kondisi pantai sedang ombak tinggi atau tidak aman untuk berenang. Memang, selama ini Pantura dikenal sebagai pantai yang tenang airnya dan asyik untuk berenang. Perlu ada petugas jaga yang tetap siaga. 

Selamat bersolek pantai-pantai di Tegal. Libatkan semua pihak terkait. Semoga semakin apik, cantik dan menarik sehingga harapannya bisa ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 Tulisan ini dimuat di Harian Radar Tegal Edisi Selasa, 15 Oktober 2019


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca

7 Langkah Menjadi Penulis