Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca
Hari Buku Nasional (HBN) yang diperingati setiap 17 Mei barangkali
belum diketahui sebagian (besar) masyarakat, berbeda dengan Hari Kartini
setiap 21 April yang sudah dikenal penduduk di negeri ini. Setiap Hari
Kartini berbagai sekolah dan instansi sibuk menyambut hari tersebut,
mulai dari murid Taman Kanak-kanak (TK), anak SD, pegawai swasta hingga
pegawai negeri sipil (PNS).
Mereka pun sibuk menyiapkan diri menyambut Hari Kartini dengan aneka
kegiatan, semisal berpakaian adat, lomba memasak, lomba berdandan, dan
lain-lain. Perayaan Hari Kartini sangat kontras dengan perayaan HBN
yang hanya diperingati sebagian (kecil) masyarakat.
Kondisi itu bisa disebabkan beberapa faktor semisal peringatan HBN
baru dicanangkan pada 17 Mei 1980 dan kurangnya sosialisasi tentang HBN.
Tujuan peringatan HBN yaitu meningkatkan minat baca masyarakat.
Untuk itu, penulis melihat perlu adanya upaya memasyarakatkan HBN dan
mengajak masyarakat lebih gemar membaca. Menumbuhkan minat baca perlu
upaya yang sungguh-sungguh apalagi untuk kalangan yang tidak hobi
membaca.
Penulis menyadari hal itu karena penulis sendiri tumbuh bukan
dikeluarga yang hobi membaca. Apalagi di Indonesia yang lebih tumbuh
adalah budaya lisan daripada budaya literer.
Kegiatan membaca biasanya identik dengan membaca buku. Seperti
diketahui bersama, membaca tidak harus membaca buku secara fisik. Selain
buku, banyak bacaan lain yang dapat menambah informasi dan pengetahuan
di antaranya koran, majalah, buletin, dan sebagainya.
Pada era digital ini, kehadiran internet juga menambah warna sendiri.
Berbagai bacaan dapat dicari melalui mesin pencari semisal Google dan
Yahoo. Bermacam-macam artikel, tulisan, dan bacaan pada umumnya dapat
diperoleh dengan mudah melalui fasilitas internet asalkan ada aksesnya.
Kehadiran electronik book (e-book) atau buku elektronik juga semakin melengkapi sarana membaca yang lebih gampang.
Peringatan HBN pada tahun ini perlu dimaksimalkan. Momen jelang
pilpres dapat dimanfaatkan. Kampanye pilpres barangkali bisa disisipi
dengan aktivitas yang dapat mendukung peningkatan minat baca. Ke depan
pemerintah perlu terus melakukan langkah konkret mendukung upaya
peningkatan minat baca. Bagaimana komitmen partai politik, wakil rakyat
termasuk calon presiden meningkatkan minat baca di Indonesia.
Derajat Manusia
Kebiasaan seseorang membaca buku tidak menutup kemungkinanan akan
mengangkat derajat manusia. Penulis teringat dengan ucapan tokoh
kartunis, Nasirun Wijaya atau Nassirun Purwokartun. Lelaki yang biasa
disapa Kang Nass itu juga seorang penulis buku dan sekarang menjadi
Pemimpin Redaksi Majalah Embun.
Semasa masih menjadi wartawan di salah satu media di Solo, penulis
pernah wawancara langsung dengan Kang Nass. Lelaki yang hobi membaca
sejak kecil itu merasakan manfaat dari membaca yang ikut bisa mengangkat
derajat hidupnya.
Tanpa bermaksud merendahkan profesi atau pekerjaan lain. Kang Nass
yang pernah bekerja membersihkan kereta api dan penjaga WC saat ini
menjadi kartunis, penulis dan pemimpin redaksi, salah satunya karena
faktor hobi membaca.
Berdasarkan kisah dari Kang Nass setidaknya dapat diambil pelajaran.
Terlepas dari takdir manusia, hobi membaca tidak ada ruginya. Tentu saja
membaca bahan-bahan bacaan yang dapat meningkatkan kreatifitas dan
menambah pengetahuan.
Budaya membaca bisa membuat seseorang semakin kreatif dan inovatif.
Bukan bacaan-bacaan yang menjerumuskan atau bacaan yang menyesatkan.
Semoga minat baca masyarakat semakin meningkat dan mampu meningkatkan
derajat warga dan bangsa ini. Tularkan terus virus membaca. Selamat
membaca. (Nadhiroh, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Tulisan ini dimuat di Tribun Jogja, Jumat 16 Mei 2014
http://dakwah.uin-suka.ac.id/2014/05/mengangkat-derajat-bangsa-dengan-membaca/
Komentar
Posting Komentar