Menggeliatnya Batik di Bekas Desa Tertinggal


Oleh Nadhiroh


 
MENJAHIT SPLIT--Siswa kelas XII TB 2, Ambar Astuti, sedang menjahit split kemeja batik, di Ruang Industri 2 SMKN 2 Gedangsari, Rabu (13/12/2017).
Batik sudah mendunia dan dikenal sebagai kekayaan Bangsa Indonesia. Untuk melestarikan warisan leluhur itu butuh sentuhan dan kerjasama banyak pihak termasuk melibatkan generasi muda.
Kehadiran PT Astra International Tbk yang memberikan dukungan di SMKN 2 Gedangsari telah membawa banyak perubahan di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dalam beberapa bulan terakhir sebagian siswa jurusan Tata Busana SMKN 2 Gedangsari sangat sibuk menyiapkan berbagai keperluan acara Launching Brand Roges Style dan Ekspose Hasil Karya Siswa, Selasa (19/12/2017) di Hartono Mall, Yogyakarta.
Saat penulis berkunjung ke SMKN 2 Gedangsari pada Rabu (13/12/2017), beberapa siswa terlihat beraktivitas di Ruang Industri 2. Sebelum dan sesudah ujian akhir semester (UAS), para siswa dan guru bekerjasama mendukung kesuksesan agenda besar launching busana batik bikinan para siswa berlabel Roges Style.
Seperti yang dilakukan salah satu siswa kelas XI jurusan tata busana 1, Erviningsing, yang selama beberapa bulan sibuk menghasilkan karya dari mulai membatik hingga mengubah menjadi busana cantik. Serangkaian proses dari membatik, pewarnaan, ngeblok (menutup) batikan yang sudah diwarna hingga finishing dilaluinya dengan sukacita.
Ervi membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah bulan untuk menyelesaikan satu baju batik. “Membatiknya dua minggu, pewarnaan dua hari, ngeblok  batikan yang sudah diwarna kurang lebih satu minggu. Lalu di-lorod (direbus) dan dijemur satu hari,” terang Ervi, sapaan Erviningsih.
Proses tak berhenti disitu. Setelah proses membatik selesai Ervi melanjutkan dengan tahapan selanjutnya yaitu membuat pola baju, memotong lalu menjahitnya menjadi busana batik yang nantinya akan dipamerkan dalam acara launching label clothing karya para siswa SMKN 2 Gedangsari, Roges Style.
“Proses menjahit dari awal sampai finishing kira-kira tiga minggu. Yang paling sulit proses membuat pola karena harus teliti dan pas ukuran. Itu sangat berpengaruh pada hasil busana,” kata Ervi.
Para siswa jurusan tata busana di sekolah ini merasakan banyak manfaat dengan kehadiran Astra. Ervi menuturkan berkat bimbingan dan fasilitas yang diberikan Astra, para siswa SMKN 2 Gedangsari lebih maksimal menyalurkan bakat dalam bidang tata busana.
Ervi mengaku tak hanya mendapatkan bimbingan dalam mendesain, membatik dan menjahit tapi juga diajari cara memamerkan hasil karya melalui fashion show. “Kami mendapatkan bimbingan dari desainer Jogja, Bapak Dendy T Hidayat utusan dari Astra. Saya sangat bangga dan bersyukur melihat perkembangan sekolah yang semakin pesat,” imbuh Ervi.
Kerja keras Ervi dan kawan-kawannya membuahkan hasil manis. Acara launching brand Roges Style di Hartono Mall berjalan meriah dan sukses.
Perasaan syukur dan bangga disampaikan Romi Triyanto. Siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) 2 yang ikut andil dalam  fashion show merasa senang dan bangga. “Dulu sekolah kurang dikenal masyarakat luas. Sekarang dari prestasi yang dihasilkan siswa seperti ini bisa memajukan sekolah dan dikenal masyarakat luas,” ujarnya.
Kepala SMKN 2 Gedangsari, Drs Sudaryono, merasa sangat bersyukur sekolahnya mendapat dukungan dari PT Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR). Daryono menuturkan Astra justru tidak memberikan pendampingann di jurusan otomotif tapi di jurusan tata busana. Salah satunya karena melihat potensi batik di Tegalrejo.
Pendampingan di jurusan tata busana sekolah ini merupakan bagian dari dukungan Astra meningkatkan life skill para generasi milenial dan generasi Z pada bidang batik di Desa Tegalrejo. Dengan pendampingan ini diharapkan perkembangan batik di desa itu semakin meningkat. Anak muda dari desa pun tidak harus ke luar daerah untuk bekerja.  Daryono mengatakan pada tahun 2007 Tegalrejo termasuk wilayah IDT (Inpres Desa Tertinggal). Kini, sedikit demi sedikit, batik semakin menggeliat di bekas desa tertinggal itu.
“Tegalrejo selama ini sudah banyak yang bisa membatik. Pendampingan Astra dari tingkat SD sampai SMK. Astra sering mendatangkan desainer-desainer terkenal. Para guru mendapatkan pelatihan agar bisa meneruskan kepada siswa-siswa. Jurusan Tata Busana di sekolah ini pun sekarang makin dikenal. Tegalrejo semakim dikenal,” papar Daryono.
Daryono menilai komitmen Astra sangat tinggi. Tuntutannya pun sangat jelas. “Astra tidak mau bantuan yang diberikan terbuang percuma. Kami dituntut berprestasi. Kalau berprestasi ada reward. Kalau melakukan kesalahan kami pun ditegur. Misalnya ketika sekolah kotor. Secara umum mereka merasa memiliki. Tidak apa-apa untuk kemajuan. Astra tidak hanya memberikan ikan tapi sekaligus kail dan kalau bisa kolamnya sekalian,” jelasnya.
General Affair PT Astra Internasional Tbk-Daihatsu Yogyakarta Branch, Agus Alip Suroto mengatakan, pelaksanaan CSR Astra ada yang langsung dikoordinir dari pusat Grup Astra dan ada yang dilakukan oleh masing-masing anak perusahaan. “Kalau yang di SMKN 2 Gedangsari itu dari Grup Astra. CSR Astra direalisasikan dalam berbagai kegiatan seperti penghijauan, kesehatan, pendidikan, pembinaan UKM dan sebagainya,” terang Alip.
60 Tahun Astra, Perjalanan Penuh Inspirasi, terus merajut asa bersama berbagai lapisan masyarakat untuk membangun bangsa. Seperti dirilis di https://www.astra.co.id/CSR, sejak berdiri lebih dari 57 tahun lalu, Astra senantiasa berupaya menjadi inspirasi pembangunan. Sehingga, kegiatan bisnis bukan hanya berarti pertumbuhan profit semata, tetapi juga tentang bagaimana berkontribusi untuk pembangunan Bangsa Indonesia. Inilah visi pendiri Astra yang tetap menjadi Visi Astra 2020.
Berdasarkan data di situs tersebut, di bidang pendidikan, Astra telah menyalurkan 159.245 paket beasiswa, memiliki 13.262 sekolah binaan dan sebanyak 28.199 guru yang dibina. Untuk lingkungan, terdapat 3.333.456 pohon yang ditanam dan 805.346 pohon mangrove. Di dunia kesehatan, pelayanan melalui mobil kesehatan Astra (Mokesa) sebanyak 94.296 pasien, pembinaan Posyandu ada 915 Posyandu dan bantuan sumbangan darah sebanyak 126.452 kantong darah.
Pada program pemberdayaan atau Income Generating Activity (IGA), terdapat 671 Kelompok IGA, masyarakat penerima program sebanyak 32.262 orang, pembinaan UMKM YDBA ada 8.646 UKM dan penyerapan tenaga kerja 57.837 orang.

*Tulisan ini diterbitkan untuk diikutkan dalam lomba menulis Anugerah Pewarta Astra 2017*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengangkat Derajat Bangsa dengan Membaca

Memaksimalkan Potensi Pantai di Tegal